Pengambilan
keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan.
Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan
alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan
dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi
identifikasi masalah utama, menyusun alternatif yang akan dipilih dan sampai
pada pegambilan keputusan yang terbaik.
Morgan dan
Cerullo mendefinisikan keputusan sebagai sebuah kesimpulan yang dicapai sesudah
dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih sementara
yang lain dikesampingkan.
Pengambilan
keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode
yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk menemukan dan menyelesaikan
masalah organisasi. Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali
kerangka yang tepat sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat
(Brinckloe,1977). Dengan kata lain, keputusan mempercepat diambilnya tindakan,
mendorong lahirnya gerakan dan perubahan (Hill,1979).
Pengambilan
keputusan hendaknya dipahami dalam dua pengertian yaitu (1) penetapan tujuan
yang merupakan terjemahan cita-cita, aspirasi dan (2) pencapaian tujuan melalui
implementasinya (Inbar,1979). Ringkasnya keputusan dibuat untuk mencapai tujuan
melalui pelaksanaan dan ini semua berintikan pada hubungan kemanusiaan. Untuk
suksesnya pengambilan keputusan itu maka sepuluh hukum hubungan kemanusiaan
(Siagian,1988) hendaknya menjadi acuan dari setiap pengambilan keputusan.
A. Proses Pengambilan Keputusan
Ada dua
pandangan dalam pencapaian proses mencapai suatu keputusan organisasi
(Brinckloe,1977) yaitu :
- Optimasi. Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha menyusun alternatif-alternatif, memperhitungkan untung rugi dari setiap alternatif itu terhadap tujuan organisasi. Sesudah itu memperkirakan kemungkinan timbulnya bermacam-macam kejadian ke depan, mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu terhadap alternatif-alternatif yang telah dirumuskan dan kemudian menyusun urut-urutannya secara sistematis sesuai dengan prioritas lalu dibuat keputusan. Keputusan yang dibuat dianggap optimal karena setidaknya telah memperhitungkan semua faktor yang berkaitan dengan keputusan tersebut.
- Satisficing. Seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian yang berasal memuaskan ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik. Model satisficing dikembangkan oleh Simon (Simon,1982; roach, 1979) karena adanya pengakuan terhadap rasionalitas terbatas (bounded rationality). Rasionalitas terbatas adalah batas-batas pemikiran yang memaksa orang membatasi pandangan mereka atas masalah dan situasi. Pemikiran itu terbatas karena pikiran manusia tidak megolakan dan memiliki kemampuan untuk memisahkan informasi yang tertumpuk.
Menurut Frank Harison (Hitt, 1970), faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya rasionalitas terbatas antara lain informasi yang datang dari luar sering sangat kompetitif atau informasi itu tidak sempurna, kendala waktu dan biaya, serta keterbatasan seorang mengambil keputusan yang rasional untuk mengerti dan memahami masalah dan informasi, terutama informasi dan teknologi.
B. Unsur Prosedur Keputusan
Di balik
suatu keputusan ada unsur prosedur, yaitu pertama pembuatan keputusan
mengidentifikasikan masalah, mengklarifikasi tujuan-tujuan khusus yang
diinginkan, memeriksa berbagai kemungkinan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan mengakhiri proses itu dengan menetapkan pilihan bertindak. Jadi
suatu keputusan sebenarnya didasarkan atas fakta dan nilai (facts and values).
Keduanya sangat penting tetapi tampaknya fakta lebih mendominasi nilai-nilai
dalam menyehatkan keputusan suatu organisasi (Bridges, 1971).
C. Alternatif dan Konsekuensi
Keputusan
Dapat
dikatakan bahwa setiap keputusan bertolak dari beberapa kemungkinan atau
alternatif untuk dipilih. Setiap alternatif membawa konsekuensi-konsekuensi.
Ini berarti, menurut Simon, sejumlah alternatif itu berbeda satu sama lain
mengingat perbedaan dari konsekuensi-konsekuensi yang akan ditimbulkannya.
Pilihan yang dijatuhkan pada alternatif itu harus dapat memberikan kebahagiaan
atau kepuasan karena merupakan salah satu aspek paling penting dalam keputusan.
D. Tingkat-Tingkat Keputusan
Brinckloe
(1977) menawarkan bahwa ada empat tingkat keputusan yaitu :
- Keputusan otomatis (outomatic decisions), keputusan yang dibuat dengan sangat sederhana, meski sederhana informasi tetap diperlukan.
- Keputusan berdasar informasi yang diharapkan (Expected information decision), tingkat informasi mulai sedikit kompleks artinya informasi yang ada sudah memberi aba-aba untuk mengambil keputusan. Tetapi keputusan belum segera diambil karena informasi tersebut perlu dipelajari.
- Keputusan berdasar berbagai pertimbangan (factor weighting decisions), informasi-informasi yang telah dikumpulkan dianalisis, lalu dipertimbangkan dan diperhitungkan sebelum keputusan diambil.
- Keputusan berdasar ketidakpastian ganda (Dual uncertainty decisions), dalam setiap informasi yang ada masih diharapkan terdapat ketidakpastian artinya semakin luas ruang lingkup dan semakin jauh dampak dari suatu keputusan, semakin banyak informasi yang dibutuhkan semakin tinggi ketidakpastian itu.
E. Klasifikasi Keputusan
- Keputusan Terprogram.
Menurut
Siagian, S.P. (1993), Keputusan Terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan
yang berlangsung berulang kali, dan diambil secara rutin dam organisasi.
Biasanya menyangkut pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak
memerlukan pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi. Biasanya
langkah-langkah dan prosedur yang perlu ditempuh telah dituangkan dalam buku
pedoman, yang biasanya terdapat dalam organisasi yang dikelola secara rapi.
Pengambilan keputusan terprogram akan berlangsung dengan efektif apabila empat
criteria dasar dipenuhi :
- Tersedia waktu dan dana yang memadai untuk pengumpulan dan analisis data.
- Tersedia data yang bersifat kuantitatif.
- Kondisi lingkungan yang relatif stabil, yang didalamnya tidak dapat tekanan yang kuat untuk secara cepat melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu terhadap kondisi yang selalu berubah.
- Tersedia tenaga trampil untuk merumuskan permasalahan secara tepat, termasuk tuntutan operasional yang harus dipenuhi.
- Sedangkan dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan terprogram yang dibuat sebagai respon terhadap masalah-masalah organisasi yang repetitif atau yang sudah baku, mencakup keputusan operasional dan keputusan pada tingkat menengah dari Morgan dan Cerello, keputusan operasinal dan taktis dari Sutherland serta dari Mangkusubroto dan Trisnadi dan keputusan terstruktur dari Mintzberg dan Brinckloe;
2. Keputusan
yang tidak Terprogram.
Biasanya
diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dialami
sebelumnya, tidak bersifat repetitif (berulang-ulang), tidak terstruktur, dan
sukar mengenali bentuk, hakikat dan dampaknya. Sebagai akibat keadaan demikian,
para ahli belum mampu menyajikan teknik pemecahan yang sudah terbukti efektif
di masa lalu, baik karena sifatnya yang baru itu maupun karena sukar untuk
mendefinisikan hakikatnya secara tepat. Keputusan yang tidak Terprogram tidak
menyangkut hal-hal yang sifatnya operasional, akan tetapi menyangkut
kebijaksanaan organisasi dengan dampak yang strategis bagi eksistensi
organisasi. (Siagian, S.P.; 1993), Keputusan Terprogram
Sedangkan
dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan tidak terprogram, dibuat sebagai
respon dari masalah-masalah unik, yang jarang dijumpai dan yang tidak dapat
didefinisikan secara tepat, keputusan ini biasanya dikenal dengan nama
keputusan strategik, meliputi keputusan strategik dari Morgan dan Cerello,
Mangkusubroto dan Trisnadi, keputusan strategik dan tujuan (goal) Sutherland,
serta keputusan tidak terstruktur dari Mintzberg dan Brinckloe.
Dari segi
struktur keputusan tertinggi adalah yang berhubungan dengan cita-cita, tujuan,
menyusul keputusan strategik lalu keputusan taktis dan yang paling bawah adalah
keputusan operasional. Keputusan tertinggi hanya dibuat satu atau dua kali
makin ke bawah tingkat keputusan makin tinggi frekuensi pembuatannya.
F. Kategori Keputusan
Ditinjau
dari sudut perolehan informasi dan cara memproses informasi, keputusan dibagi
empat kategori (Nutt, 1989) :
- Keputusan Representasi, pengambilan keputusan menghadapi informasi yang cukup banyak dan mengetahui dengan tepat bagaimana memanipulasikan data tersebut. Keputusan ini banyak menggunakan model-model matematik seperti operation research, cost-benefit analysis dan simulasi.
- Keputusan Empiris, suatu keputusan yang sedikit informasi tetapi memiliki cara yang jelas untuk memproses informasi pada saat informasi itu diperoleh.
- Keputusan Informasi, suatu situasi yang banyak informasi tetapi meliputi kontroversi tentang bagaimana memproses informasi tersebut.
- Keputusan Eksplorasi, suatu situasi yang sedikit informasi dan tidak ada kata sepakat tentang cara yang hendak dianut untuk memulai mencari informasi.
G. Proses Pengambilan Keputusan
- Pendekatan yang interdisipliner.
Proses pengambilan keputusan tidak
bisa dilihat sebagai suatu tindakan tunggal dan tidak sebagai suatu tindakan
yang Seragam yang berlaku untuk semua keadaan serta dapat digunakan oleh
pengambil keputusan yang berbeda dengan tingkat efektifitas yang sama. Proses
pengambilan keputusan terdiri dari berbagai ragam keterampilan dan pengetahuan
yang diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan berorganisasi.
- Proses yang sistematis.
- Proses berdasarkan informasi.
- Memperhitungkan faktor-faktor ketidakpastian.
- Diarahkan pada tindakan nyata.
H. Teknik Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan meliputi antara lain hal-hal yang berhubungan dengan pengumpulan
fakta. Teknik pengambilan keputusan dalam klasifikasi ada dua yaitu teknik
tradisional dan teknik modern. Teknik pengambil keputusan juga sering dibagi
dalam teknik pengambilan keputusan matematik atau kuantitatif (Heenan dan
Addleman, 1976;Robbins, 1978) dan teknik pengambil keputusan non-matematik atau
kualitatif (Moody, 1983). Teknik matematik biasa diberi nama multivariate
analysis (analisis variabel ganda atau analisis berdimensi ganda).
Teknik non-matematik, yang lebih sering digunakan untuk keputusan strategik antara lain sumbang saran, consensus, Delphi, fish bowling, interaksi didaktik, tawar- menawar kolektif.
Teknik non-matematik, yang lebih sering digunakan untuk keputusan strategik antara lain sumbang saran, consensus, Delphi, fish bowling, interaksi didaktik, tawar- menawar kolektif.
Sumber : http://masitharubbi.blogspot.com/2013/01/pengambilan-keputusan.html